SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, menunjukkan komitmennya untuk menanggulangi aksi tawuran remaja yang baru-baru ini viral di media sosial. Alih-alih memberikan hukuman, ia memilih pendekatan pembinaan yang terstruktur melalui program Kampung Pancasila.
Keputusan ini muncul setelah beredarnya video yang memperlihatkan sekelompok remaja saling mengejar dan mengacungkan senjata tajam di kawasan Tenggumung, Kenjeran. Kejadian ini tentunya menjadi sorotan tajam bagi masyarakat dan pihak pemerintah.
Menanggapi Aksi Tawuran Remaja
Video yang viral menunjukkan para remaja melintasi jalanan sambil membawa senjata tajam dan berteriak, menciptakan suasana mencekam. Kejadian ini tidak hanya meresahkan warga sekitar, tetapi juga memicu pertanyaan mengenai seberapa jauh pengaruh lingkungan dan masalah mendasar terhadap perilaku kekerasan anak muda.
Eri Cahyadi segera berkoordinasi dengan pihak kepolisian setempat untuk menangani situasi ini. Meskipun dua pelaku sudah ditangkap, ia meminta agar semua yang terlibat dalam tawuran tersebut dapat ditindak secara hukum. “Kemarin saya minta Pak Kapolres untuk menangkap semuanya. Ada dua yang ditangkap, tetapi saya minta agar semua diringkus,” tegasnya.
Pentingnya Pembinaan dan Peran Masyarakat
Wali Kota mengungkapkan bahwa tawuran tersebut dipicu oleh masalah sepele terkait sepak bola. Ia merasa miris melihat perilaku tersebut yang membuat ketenangan warga terganggu. “Ini gara-gara perdebatan sepak bola, yang berlanjut menjadi keributan. Kejar-kejaran ini jelas mengganggu warga,” ujarnya.
Pentingnya peran serta masyarakat dalam mencegah terulangnya kejadian seperti ini ditegaskan melalui program Kampung Pancasila. Program ini tidak hanya bertujuan untuk memberikan pembinaan bagi para remaja, tetapi juga mengajak orang tua dan masyarakat untuk turut berperan dalam menjaga lingkungan. “Kampung Pancasila adalah momen kita untuk menghapus kebiasaan tawuran. Perlu ada keterlibatan orang tua dan warga untuk menjaga anak-anak mereka,” jelasnya.
Setelah penangkapan para pelaku, Wali Kota berencana menyerahkan mereka kepada Rukun Warga (RW) masing-masing. Hal ini dilakukan agar masyarakat lebih tahu siapa saja yang terlibat dan mengambil peran dalam pembinaan. “Kita perlu mengembalikan mereka ke RW agar warga tahu dan bisa saling mengingatkan,” sambungnya.
Wali Kota Eri juga menekankan bahwa fokusnya adalah pada pembinaan, bukan hukuman. Ia berencana untuk mengumpulkan para remaja tersebut di kampung-kampung dan memberikan kegiatan positif sebagai alternatif. Pendekatan ini diyakini lebih efektif daripada sekadar memberikan hukuman. “Kami akan mengumpulkan anak-anak itu dan memberikan kegiatan. Orang tua serta warga harus mengetahui apa yang terjadi, karena ini adalah tanggung jawab bersama,” pungkasnya.
Pembinaan yang melibatkan pemerintah, orang tua, dan masyarakat diharapkan dapat lebih berpengaruh dalam mencegah perilaku kekerasan di kalangan remaja. Dengan kolaborasi yang kuat antar pihak, diharapkan konflik semacam ini dapat diminimalisir dan masyarakat dapat hidup dalam suasana yang lebih kondusif.