PERFORMANSI SENI DI SURABAYA ~ Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 11 Jawa Timur bersama ARTSUB mempersembahkan Subs Performance, sebuah pergelaran seni yang menggabungkan kekayaan tradisi dengan inovasi kontemporer. Pertunjukan ini menandai langkah penting BPK Wilayah 11 dalam menyinergikan warisan budaya dengan preferensi seni generasi muda saat ini.
Ketua BPK Wilayah 11, Endah Budi Heryani S.S., M.M., menjelaskan bahwa tantangan utama terletak pada upaya menyatukan dua dunia yang kerap kali berbeda. “Kami berusaha menarik perhatian generasi muda yang lebih familiar dengan format seni modern, tanpa mengabaikan pentingnya menghargai warisan budaya,” ujarnya dengan penuh semangat.
Kolaborasi Seni Musik dan Budaya Tradisional
Acara dibuka dengan karya musik “Rek” yang diciptakan oleh komposer Joko Porong bersama Gamelan Sawunggaling Unesa. Karya tersebut merupakan hasil perjalanan artistik Joko yang telah meneliti dan menghidupi budaya arek Surabaya sejak tahun 2008. Budaya arek sendiri mencerminkan subkultur egaliter yang lahir dari akulturasi budaya serta semangat persatuan di masa perjuangan.
Kata “arek” lebih dari sekadar sapaan khas, tetapi sebuah simbol keterbukaan, kesetaraan, dan dinamika masyarakat Surabaya. “Rek” menggabungkan alat musik gamelan dengan elemen musik konvensional dan non-konvensional, menjelajahi nilai egaliter dalam bentuk eksplorasi yang kaya akan etos dan keaktifan perkusif. Melalui karyanya, Joko menggambarkan sebuah “tempuran,” sebuah ruang pertemuan bagi beragam karakter, estetika, dan sistem akustik tanpa hierarki, merayakan perjalinan budaya yang menghasilkan keindahan artistik yang unik.
Fragmen Tari dan Esensi Cerita
Di sisi lain, panggung juga menampilkan fragmen tari topeng “Laire Nogo Tahun” oleh Sanggar Tari Asmorobangun Malang yang dipimpin oleh Tri Handoyo. Karya ini membawa penonton mengarungi kisah yang mendalam tentang intrik antara Dewi Wadal Werdi, Panji Asmoro Bangun, dan Dewi Sekartaji, yang berujung pada sayembara adu jago serta perubahan karakter Panji Gurowongso menjadi Nogo Tahun.
Meskipun durasi pertunjukan dipadatkan menjadi 30 menit dari biasanya yang dapat mencapai 9–10 jam, Tri Handoyo memastikan bahwa esensi cerita tetap terjaga. “Kami menyaring bagian inti agar penonton dapat memahami alur dengan baik,” ungkap Tri dengan penuh keyakinan.
Endah menegaskan bahwa kolaborasi ini tidak hanya berakhir di panggung. BPK Wilayah 11 memberikan dukungan kepada ARTSUB lewat platform Jalin Rajut Warna, yang berfungsi untuk membuka peluang bagi penyelenggara mandiri dalam berkolaborasi melalui pertunjukan, diskusi, dan workshop. “Dengan adanya ARTSUB, kami menemukan pintu masuk ke dunia seni kontemporer yang lebih luas,” tambahnya.
Rangkaian Subs Performance akan berlanjut pada 17 Agustus untuk merayakan Hari Kemerdekaan RI, dan akan ditutup pada 7 September. “Kami berharap dapat memberikan kebahagiaan bagi masyarakat Jawa Timur serta mendorong kemajuan budaya yang tetap relevan dengan perkembangan zaman,” tutupnya.
Post Views: 101