JAKARTA – Forum Pertagas Integrated Pipeline and Energy Summit (PIPES) 2025 menjadi ajang penting dalam menjembatani dialog para pelaku industri energi di Indonesia. Gelaran ini menghadirkan diskusi mendalam dengan tema “Menyeimbangkan Kebutuhan Pasar dan Memperkuat Kedaulatan Energi Nasional”. Dalam acara ini, berbagai pihak dari sektor energi berkumpul untuk membahas tantangan dan peluang yang ada.
PIPES 2025 berlangsung pada Rabu (18/06) dan dihadiri oleh berbagai pelaku industri, termasuk perusahaan-perusahaan strategis di bidang energi. Acara ini berfokus pada infrastruktur energi dan kolaborasi antar sektor untuk memperkuat pasokan gas domestik, mendukung pertumbuhan industri, serta mewujudkan kedaulatan energi nasional.
Pentingnya Infrastruktur Energi dalam Kedaulatan Nasional
Diskusi dalam forum ini mengungkapkan bahwa keberadaan infrastruktur energi yang baik adalah kunci untuk menjaga keseimbangan antara suplai dan permintaan energi. Narasumber utama dalam sesi ini, seorang direktur utama dari perusahaan gas terkemuka, menjelaskan bahwa tugas utama mereka adalah menjembatani ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi di berbagai wilayah. Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa semua lapisan industri mendapatkan akses terhadap sumber energi yang mereka butuhkan.
Strategi yang diusung adalah melalui interkoneksi dan integrasi infrastruktur, yang merupakan penghubung antara potensi gas bumi di sektor hulu dan kebutuhan di sektor hilir. Dengan pendekatan tersebut, diharapkan semua pihak dapat merasakan manfaat dari distribusi gas bumi yang merata, bukan hanya di kawasan industri yang sudah berkembang tetapi juga menjangkau wilayah-wilayah yang menjadi pusat pertumbuhan baru.
Strategi Pengembangan dan Kolaborasi di Sektor Midstream Energi
Wahyudin Sunarya, seorang vice president dari perusahaan energi terkemuka, menekankan bahwa pertumbuhan sektor hulu akan sangat tergantung pada kesiapan jalur transmisi yang ada. Tanpa infrastruktur midstream yang cukup, potensi pengembangan cadangan gas baru akan sangat terbatas. Ia menyebutkan bahwa jalur transmisi seperti EJGP–Gresem–Cisem sangat penting untuk membuka akses pasar di Jawa Barat, yang selama ini sulit dijangkau dari segi keekonomian.
Di sisi lain, Widi Hernowo dari Mubadala Energi menyoroti potensi besar blok Andaman yang ada di utara Indonesia. Namun, tanpa adanya dukungan pipa transmisi nasional, potensi tersebut sulit untuk diwujudkan secara komersial. Kesiapan dalam infrastruktur sangat krusial, terutama untuk menghubungkan blok tersebut dengan pasar dalam negeri.
Permintaan gas yang besar tidak hanya datang dari sektor hulu, tetapi juga sektor hilir. Ivan Ermisyam dari PT INALUM mengungkapkan bahwa keberlanjutan industri logam sangat bergantung pada pasokan gas yang stabil dan efisien. Dengan adanya alokasi gas pipa yang memadai, rencana ekspansi pabrik di Kalimantan dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga meningkatkan daya saing perusahaan.
Marfan Trihartiko dari PT Kawasan Industri Terpadu Batang menekankan bahwa pertumbuhan kawasan industri tidak hanya ditentukan oleh lokasi geografis, tetapi juga kesiapan infrastruktur energetik yang ada. Kehadiran pipa Cisem yang dibangun oleh pemerintah sangat mendukung perkembangan KITB sebagai kawasan industri baru.
Diskusi yang terjadi dalam sesi ini menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur gas bumi perlu dilakukan secara holistik. Keseimbangan antara pasokan dan kebutuhan energi harus diwujudkan melalui konektivitas yang mumpuni, perencanaan bersama, dan investasi strategis.
PIPES 2025 menegaskan bahwa sinergi antara bisnis dan kepentingan nasional adalah langkah penting menuju kemandirian energi. Komitmen dari berbagai pihak, baik industri maupun pemerintah, dalam menyelaraskan pasokan dan kebutuhan energi domestik menjadi fondasi bagi masa depan Indonesia yang mandiri energi. Dengan semangat kolaborasi dan keberlanjutan, sektor gas bumi nasional siap menghadapi berbagai tantangan, sekaligus memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat dalam negeri.
Post Views: 149