SURABAYA ~ Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jawa Timur berkomitmen untuk memastikan sektor jasa keuangan di wilayah ini tetap stabil dan mampu bertahan menghadapi berbagai ketidakpastian ekonomi global yang ada saat ini.
Kepala OJK Jawa Timur, Yunita Linda Sari, mengungkapkan bahwa kinerja industri keuangan di daerah ini terus menunjukkan tanda-tanda positif, didukung oleh modal yang kuat, likuiditas yang memadai, serta pengelolaan risiko yang terkendali. “Kondisi ini menjadi indikasi bahwa sektor jasa keuangan Jawa Timur mampu mempertahankan momentum pertumbuhannya di tengah berbagai tantangan global yang ada,” ujarnya.
Tumbuhnya Penyaluran Kredit UMKM
Dalam konteks perbankan, penyaluran kredit di Jawa Timur telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan, khususnya untuk sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) tetap dalam batas yang terkendali, menggambarkan kesehatan perbankan yang baik. Data menunjukkan bahwa dukungan terhadap UMKM menjadi salah satu motor penggerak utama dalam perekonomian daerah, menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan lokal.
Di sisi lain, sektor pasar modal juga menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Tercatat 55 perusahaan telah melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) dengan total penghimpunan dana mencapai Rp14,70 triliun. Hal ini tidak hanya meningkatkan jumlah investor, tetapi juga nilai investasi yang terus mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pertumbuhan yang sehat di sektor pasar modal adalah indikator penting bagi kepercayaan investor dan kestabilan ekonomi regional.
Perlindungan Konsumen dan Pemberdayaan Ekonomi Lokal
OJK Jawa Timur juga menempatkan perlindungan konsumen sebagai prioritas dalam operasionalnya. Dalam periode Januari hingga Juni 2025, tercatat 154 layanan yang dilaksanakan melalui aplikasi APPK dan 3.626 layanan langsung kepada masyarakat, serta penanganan terhadap 909 pengaduan terkait aktivitas keuangan ilegal. Keberadaan SATGAS PASTI juga dioptimalkan untuk mengawasi dan menindak berbagai aktivitas keuangan yang tidak berizin.
Untuk mendukung perekonomian lokal, OJK mengembangkan program-program berbasis potensi lokal, seperti pengembangan Pisang Mas Kirana di Lumajang dan melon di daerah Blitar serta Lamongan. Melalui skema TUNAS (Pertanian Unggul, Berkelanjutan, dan Berdaya Saing), OJK berupaya untuk memperkuat sektor pertanian seraya memperluas akses keuangan bagi para petani. Ini merupakan langkah strategis untuk menciptakan ketahanan ekonomi berbasis sumber daya lokal.
Lebih lanjut, upaya literasi dan inklusi keuangan dipacu dengan diadakannya sebanyak 455 kegiatan edukasi. Program-program seperti LAKU PANDAI, Simpanan Pelajar (SIMPEL), dan Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR) difasilitasi agar masyarakat lebih mengenal dan memanfaatkan berbagai produk keuangan yang ada. Dalam konteks ini, literasi keuangan menjadi sangat penting untuk mendorong pemahaman dan penggunaan produk-produk keuangan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Yunita menekankan bahwa sinergi antara perlindungan konsumen, penguatan literasi, dan pengembangan sektor riil adalah kunci agar sektor jasa keuangan di Jawa Timur tetap berperan sebagai pilar utama dalam pertumbuhan ekonomi daerah. Hal ini tidak hanya menguntungkan bagi sektor moneter tetapi juga meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
